#7HariMenulis – Hari 3
Hari
ini, kembali menulis untuk #7harimenulis. Menulis tentang apa yang dirindukan. Kenapa
ya? Manusia lebih senang mengenang? Meskipun kenangan itu menyenangkan atau
bahkan menyakitkan, yang menyenangkan mungkin lebih sering dikenang, sementara
yang menyakitkan seringnya kurang ajar, karena mereka datang tiba-tiba atau
lebih tepatnya datang tanpa diinginkan.
Hal Yang Paling dirindukan
Perjalanan,
adalah hal yang paling saya rindukan. Seperti perjalanan Jogja-Bandung dengan
kereta api. Perjalanan pulang ke Pangandaran dengan bis malam, atau menembus
kemacetan Jakarta untuk menuju bandara, mengejar perjalanan.
Tidak
akan pernah ada “sampai”, jika tidak ada perjalanan. Tidak akan pernah ada “tujuan”
tanpa perjalanan. Jika orang lebih suka akhir dan tujuan, saya lebih suka
dengan perjalanannya.
Saya
rindu perjalanan subuh dari Bandung ke Bekasi, saya rindu perjalanan setengah
mengantuk tapi harus tetap terjaga dari Surabaya ke Malang. Saya rindu, melihat
deretan pepohonan hijau sepanjang jalan, atau lampu-lampu kota yang berkelip
setiap perjalanan malam, dan awan awan biru yang seperti kapas diatas
ketinggian.
Selalu
ada alasan untuk setiap perjalanan, entah untuk pulang ke rumah, pergi
berlibur, atau suatu keharusan bepergian yang tidak diinginkan sekalipun. Dan
tentu ada, perjalanan yang paling dirindukan, perjalanan menyebrang laut dari
Muara Angke ke Pulau Harapan, menggunakan kapal traditional yang suara kapalnya
sangat bising. Atau perjalanan menyebrang dari Sanur ke Nusa Penida, duduk
diatas deck kapal dengan angin laut yang menerpa juga ombak laut yang begitu
terasa. Dan perjalanan dari pantai timur Pangandaran ke pantai pasir putihnya,
menggunakan perahu kecil, perahu yang biasa digunakan nelayan untuk memancing
ikan. Dalam perjalanan waktu itu, ombak-ombak begitu sangat dekat, sesekali
membasahi dan masuk ke dalam kapalnya, saya sangat bahagia sekali dengan
perjalanan ini. Seolah saya menganggap diri saya seperti Moana, begitu
menakjubkan menaklukan laut!
Dan perjalanan-perjalanan
lain yang meninggalkan banyak cerita, juga alasan yang pernah ada. Kalian selalu
menjadi hal yang paling dirindukan. Menjumpai banyak asing diluaran, melewati
kota-kota yang selanjutnya justru menjadi tujuan, ah rasanya saya hanya ingin
hidup untuk perjalanan. Sayangnya, saya tidak cukup pemberani untuk hidup
dengan terus-terusan berkelana.
Untuk
kalian yang belum pernah menikmati perjalanan, bayangkan jika tujuan kalian
tanpa perjalanan, apakah masih disebut tujuan? Ataukah disebut sudah sampai?
Nikmatilah
perjalanan, karena justru perjalanan adalah bagian penting dari tujuan itu
sendiri.
Terimakasih.
Sudah bersedia membaca.
Love,
Ica
Komentar
Posting Komentar